Entertainment today



In the name of Allah, the most merciful, the All Compassionate~

The society we live in is centered around having fun. The whole purpose of life seems to be just that. Everything is supposed to be "Entertainment, Entertainment and Entertainment". All our energies are spent gaining the "pleasures" of this life. And although, seeking pleasure in a Halal way is absolutely allowed, yet that is NOT the purpose of our creation.

Rather, to worship Allah while enjoying the blessings He gave us in ways that are pleasing to Him.
“And I (Allah) created not the jin and mankind except that they should worship Me (Alone)”[al-Dhaariyaat: 56]

Nowadays, although the ummah needs to increase the love between its individual members and to relieve itself of boredom, we have gone too far with regard to relaxation, laughter and jokes. This has become a habit which fills our gatherings and wastes our time, so that our lives are wasted and our days are gone.

Our newspapers are filled with jokes and trivia, and there is no mention of the life to come. Our evenings are spent in front of the TV, watching senseless shows and comedies, full of all sorts of haraam. And that too, with our families! Subhanallah! And what a waste of time all that is! And we do all this to entertain and relax ourselves! With what? With what Allah has declared as Haram??

The Prophet (pbuh) said: “If you knew what I know, you would laugh little and weep much.”

In Fath al-Baari it says: “What is meant by knowledge here has to do with the Might of Allaah and His vengeance upon those who disobey Him, and the terrors that occur at death, in the grave and on the Day of Resurrection.

Our youth constantly want to be entertained all the time. They spend literally hours at a stretch, playing video games, chatting on the computer, talking on the phone, watching movies or TV or even sleeping or else they get BORED ! In Islam, there is no such thing as getting bored !

The Prophet said: "Grab five things before five others: your youth before your old age, your health before your illness, your wealth before your poverty, your leisure before your work, and your life before your death." (Al-Hakim)
This Hadith is a direct call on all Muslims to invest their time as early as possible when conditions are favorable, i.e , youth, health, wealth and time before being handicapped by hurdles, such as old age, sickness, poverty or preoccupation.

The Righteous Salaf were extremely careful about occupying their time with useful deeds, and they hated laziness and lethargy. Umar Ibn-Al-Khattab said, "I hate to see any of you unoccupied, doing nothing for this world or the Hereafter."

Yet, our sisters or brothers spend way too much time in the malls, on the phone, in the beauty salons, decorating their homes (excessively), too much time in cooking, or if nothing else, just window shopping. Oh sisters or brothers! Allah will ask us how we spent our time in this world!
"On the Day of Resurrection the feet of the son of Adam will not move away till he is questioned about four matters: how he spent his lifetime, how he spent his youth; from where he acquired his wealth and how he spent it, and what he did with his knowledge." (Tirmidhi)

Now, I am not saying that we should forsake the world and go into a jungle to worship Allah or turn ourselves into hermits! That is NOT ISLAM either. We need to find that perfect balance in our lives that governed the lives of the Prophet (pbuh) and the Sahabah. They would earn a livelihood during the day, laugh and relax with each other, but only to a degree that would be pleasing to Allah. Never would they let the Dunya distract them from praying, doing righteous deeds or forgetting the Akhirah. And NEVER would they waste time.

Bilal ibn Sad said: “I saw them [the Sahaabah] jokingly pretending to fight over some goods, and laughing with one another, but when night came they were like monks(i.e., devoted worshippers) .”
Ibn Umar was asked, “Did the Companions of the Prophet (pbuh) laugh?” He said, “Yes, and the faith in their hearts was like mountains.”

Some people justify their waste of time occupied with the Dunya saying that we are supposed to ask for Dunya and quote the following verse to validate their various forms of entertainments.
“But there are others who say: Lord, give us goodness in this world and goodness in the Hereafter, and save us from the punishment of the Fire’.” (al-Baqarah: 201)

No doubt that we are supposed to ask of the goodness of this world, but we are ALSO supposed to ask for the goodness of the Hereafter, each in its own correct perspective. And the example of the Prophet (pbuh) is the perfect example for anyone who calls himself Muslim.

We need to ask ourselves…
How did the Prophet (pbuh) apply this verse? How much of the Dunya did he ask for? And how much of the Akhirah did he strive for? What was the proportion of the Dunya in his life as compared to the Akhirah ? Was his life all fun and games and being entertained all the time ?

We need to follow the example of such people, who were knights by day and devoted worshippers by night. We need to choose righteous and serious friends in our lives, who will help us to make the right choices, appropriate use of our time and strive for the sake of Allah with seriousness and steadfastness.

Yusuf Al-Qordhawi says, "Leisure time will never remain unoccupied. It will be occupied with good or evil. If one does not occupy himself with truth, that self will make him occupied with falsehood. Successful is he who fills his time with what is good and righteous, and woe to him who fills it with evil and corruption.”

Wallahua'lam...

Kisah Cinta Adam dan Hawa

Syurga yang serba nikmat

Segala kesenangan ada di dalamnya. Semua tersedia apa saja yang diinginkan, tanpa bersusah payah memperolehinya. Sungguh suatu tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan. Demikianlah menurut riwayat, tatkala Allah SWT. selesai mencipta alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka dicipta-Nya pula Adam ‘alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan itu ditempatkan Allah SWT di dalam Syurga (Jannah).
Adam a.s hidup sendirian dan sebatang kara, tanpa mempunyai seorang kawan pun. Ia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi terhampar jauh di seberang, maka tiadalah sesuatu yang dilihatnya dari mahkluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana ke mari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah mempamerkan kemesraan.
Adam a.s terpikat melihatnya, rindu berkeadaan demikian. Tetapi sungguh malang, siapalah gerangan kawan yang hendak diajak. Ia merasa kesepian, lama sudah. Ia tinggal di syurga bagai orang kebingungan, tiada pasangan yang akan dibujuk bermesra sebagaimana burung-burung yang dilihatnya.
Tiada pekerjaan sehari-hari kecuali bermalas-malas begitu saja, bersantai berangin-angin di dalam taman syurga yang indah permai, yang ditumbuhi oleh bermacam bunga-bunga kuntum semerbak yang wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang desiran airnya bagai mengandung pembangkit rindu.

Adam kesepian

Apa saja di dalam syurga semuanya nikmat! Tetapi apalah erti segalanya kalau hati selalu gelisah resah di dalam kesepian seorang diri?
Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan Adam a.s di dalam syurga. Ia perlu kepada sesuatu, iaitu kepada kawan sejenis yang akan mendampinginya di dalam kesenangan yang tak terhingga itu. Kadangkala kalau rindu dendamnya datang, turunlah ia ke bawah pohon-pohon rendang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan, tetapi aduhai kasihan...bukannya hati menjadi tenteram, malah menjadi lebih tertikam. Kalau angin bertiup sepoi-sepoi basah di mana daun-daunan bergerak lemah gemalai dan mendesirkan suara sayup-sayup, maka terkesanlah di hatinya keharuan yang begitu mendalam; dirasakannya sebagai derita batin yang tegak di sebalik nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Tetapi walaupun demikian, agaknya Adam a.s malu mengadukan halnya kepada Allah SWT. Namun, walaupun Adam a.s malu untuk mengadu, Allah Ta'ala sendiri Maha Tahu serta Maha Melihat apa yang tersembunyi di kalbu hamba-Nya. Oleh itu Allah Ta'ala ingin mengusir rasa kesepian Adam.

Hawa diciptakan

Tatkala Adam a.s sudah berada di puncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, sedang ia lagi duduk terpekur di atas tempat duduk yang berlapiskan tilam permaidani serba mewah, maka tiba-tiba mengantuk pun datanglah menawannya serta langsung membawanya hanyut ke alam tidur.
Adam a.s tertidur nyenyak, tak sedar kepada sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam saat-saat yang demikian itulah Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s untuk mencabut tulang rusuk Adam a.s dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius, Adam a.s tidak merasakan apa-apa ketika tulang rusuknya dicabut oleh malaikat Jibril a.s.
Dan oleh kudrat kuasa Ilahi yang manakala menghendaki terjadinya sesuatu cukup berkata “Kun!” maka terciptalah Hawa dari tulang rusuk Adam a.s, sebagai insan kedua penghuni syurga dan sebagai pelengkap kurnia yang dianugerahkan kepada Adam a.s yang mendambakan seorang kawan tempat ia boleh bermesra dan bersenda gurau.

Pertemuan Adam dan Hawa

Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertatahkan emas dan permata-permata bermutu manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah dari seorang lelaki kacak yang sedang terbaring, tak jauh di depannya.
Butir-butir fikiran yang menggelombang di dalam sanubari Hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga elektrik yang datang mengetuk kalbu Adam a.s, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.
Adam terjaga....! Alangkah terkejutnya ia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya hanya beberapa langkah di hadapannya. Ia seolah tak percaya pada penglihatannya. Ia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.
Hawa yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, segera memutar badannya sekadar untuk menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan bagi hati yang melihatnya.
Memang dijadikan Hawa dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Ia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.
Ia adalah wanita tercantik yang menghiasai syurga, yang kecantikannya itu akan diwariskan turun temurun di hari kemudian, dan daripadanyalah maka ada kecantikan yang diwariskan kepada wanita-wanita yang datang dibelakangnya.
Adam a.s pun tak kurang gagah dan kacaknya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya kerana ia adalah satu-satunya makhluk insan yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantaraan.
Semua kecantikan yang diperuntukkan bagi lelaki terhimpun padanya. Kecantikan itu pulalah yang diwariskan turun temurun kepada orang-orang di belakangnya sebagai anugerah Allah SWT kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia. Bahkan diriwayatkan bahawa kelak semua penduduk syurga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam a.s.
Adam a.s bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Ia membuka matanya, memperhatikan dengan pandangan tajam. Ia sedar bahawa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan selintas pandang, namun benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fizikal seperti dirinya. Ia yakin ia tidak salah pandang. Ia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeza kelaminnya saja. Ia serta merta dapat membuat kesimpulan bahawa makhluk di depannya adalah perempuan. Ia sedar bahawa itulah dia jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Zat Maha Pencipta.
Ia tertawa kepada gadis jelita itu, yang menyambutnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselit di kalbunya.

Adam terpikat

Adam terpikat pada rupa Hawa yang jelita, yang bagaikan kejelitaan segala puteri-puteri yang bermastautin di atas langit atau bidadari-bidadari di dalam syurga.
Tuhan menanam asmara murni dan hasrat berahi di hati Adam a.s serta menjadikannya orang yang paling asyik dilamun cinta, yang tiada taranya dalam sejarah, iaitu kisah cinta dua insan di dalam syurga. Adam a.s ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang paling cantik dari segala yang cantik, yang paling jelita dari segala yang jelita, dan yang paling harum dari segala yang harum.
Adam a.s dibisikkan oleh hatinya agar merayu Hawa. Ia berseru: “Aduh, hai si jelita, siapakah gerangan kekasih ini? Dari manakah datangmu, dan untuk siapakah engkau disini?” Suaranya sopan, lembut, dan penuh kasih sayang. “Aku Hawa,” sambutnya ramah. “Aku dari Pencipta!” suaranya tertegun seketika. “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” tekanan suaranya menyakinkan.
Tiada suara yang seindah dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat di dalam syurga. Tetapi suara Hawa....tidak pernah di dengarnya suara sebegitu indah yang keluar dari bibir mungil si wanita jelita itu. Suaranya membangkit rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat.
Kata-kata yang paling segar didengar Adam a.s ialah tatkala Hawa mengucapkan terputus-putus: “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” Kata-kata itu nikmat, menambah kemesraan Adam kepada Hawa.
Adam a.s sedar bahawa nikmat itu datang dari Tuhan dan cinta pun datang dari Tuhan. Ia tahu bahawa Allah SWT itu cantik, suka kepada kecantikan. Jadi, kalau cinta kepada kecantikan berertilah pula cinta kepada Tuhan. Jadi cinta itu bukan dosa tetapi malah suatu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifah kepada Tuhan semakin mendalam. Cinta kepada Hawa bererti cinta kepada Pencipta. Dengan keyakinan demikian Adam a.s menjemput Hawa dengan berkata: “Kekasihku, ke marilah engkau!” Suaranya halus, penuh kemesraan.
“Aku malu!” balas Hawa seolah-olah menolak. Tangannya, kepalanya, memberi isyarat menolak seraya memandang Adam dengan penuh ketakjuban.
“Kalau engkau yang inginkan aku, engkaulah yang ke sini!” Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah memberi harapan.
Adam tidak ragu-ragu. Ia mengayuh langkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah teradat sudah bahawa wanita itu didatangi, bukan mendatangi.
Hawa bangkit dari tempat duduknya, menggeser surut beberapa langkah. Ia sedar bahawa walaupun dirinya diperuntukkan bagi Adam a.s, namunlah haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu. Di dalam sanubarinya, ia tak dapat menyangkal bahawa ia pun terpesona dan tertarik kepada rupa Adam a.s yang sungguh indah.
Adam a.s tidak putus asa. Ia tahu itu bukan dosa. Ia tahu membaca isi hati. Ia tahu bukannya Hawa menolak, tetapi menghindarnya itu memanglah suatu perbuatan wajar dari sikap malu seorang gadis yang berbudi. Ia tahu bahawa di balik “malu” terselit “rasa mahu”. Kerananya ia yakin pada dirinya bahawa Hawa diperuntukkan baginya. Naluri insaninya bergelora.
Tatkala sudah dekat ia pada Hawa serta hendak mengulurkan tangan sucinya kepadanya, maka tiba-tiba terdengarlah panggilan ghaib berseru: “Hai Adam....tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah!”.
Adam a.s tertegun, balik ke tempatnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran itu dan hatinya tenteram. Kedua-dua manusia syurga itu sama terdiam seolah-olah menunggu perintah.

Perkahwinan Adam dan Hawa

Allah SWT. Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan syurga. Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.
Diriwayatkan bahawa pada akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman: “Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga bahawa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.

Malaikat dan para bidadari berdatangan

Setelah akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah Adam a.s mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.
Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula. “Mana mahar?” tanyanya. Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.
Adam a.s bingung seketika. Lalu sedar bahawa untuk menerima haruslah sedia memberi. Ia insaf bahawa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama dalam pergaulan hidup.
Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh kerananya Adam a.s menyedari bahawa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah benar.

Mahar perkahwinan Adam

Pergaulan hidup adalah persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan berubah menjadi perkahwinan apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang difikirkan Adam.
Untuk keluar dari keraguan, Adam a.s berseru: “Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?”.
“Bukan!” kata Tuhan.
“Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?” tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan.
“Bukan!” tegas suara Ghaib.
Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun: “Kalau begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!”.
Allah SWT. berfirman: “Mahar Hawa ialah selawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi yang bakal Kubangkit yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”. Adam a.s merasa lega. Ia mengucapkan sepuluh kali salawat ke atas Nabi Muhammad SAW. sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, kerana Nabi Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar. “Hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu”, perintah Allah, “dan dapatlah ia sebagai isterimu!”. Adam a.s bersyukur lalu memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.
Allah SWT. berfirman kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam syurga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini kerana (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim”. (Al-A’raaf: 19).
Dengan pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan berlangsung di dalam syurga yang penuh kenikmatan. Iaitu sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.
Peristiwa pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumaat. Entah berapa lama keduanya berdiam di syurga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu keduanya diperintahkan turun ke bumi. Turun ke bumi untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahawa syurga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal soleh.
Firman Allah SWT.: “Kami berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nescaya tidak ada kekhuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(Al-Baqarah: 38)

When Does a Woman Become More Beautiful?

One day, Myself - forever forbidding me from good, and enticing me into evil - asked me, “When does a woman become more beautiful in your eyes?”

I asked, “Why do you want to know?”

Myself said, “If I tell you, will you answer my question? ”

I said, “Yes!”

Myself said, “Satan - our grand teacher - is making a survey of what makes the woman more beautiful in the eyes of men”

I asked, “What's this survey for?”

Myself said, “He wants to make an encyclopedia that will be distributed among the Satans of mankind and Jinn. He wants our approach to be more scientific! Now tell me, when does the woman become more beautiful in your eyes?”

I asked, “Do you have ways of making a woman more beautiful in the eyes of men?”

Myself said, “Yes, there are many ways, mannerisms and looks. Each man has his own inclinations”

I said, “Perhaps you could mention to me some of these and I will choose!”

“OK! Do you prefer a fair or dark woman?” “Neither!”

“Do you like the one with long or short hair?” “Neither!”

“The thin or fat one?” “Neither!”

“Do you like the one who uncovers her hair?” “NO!”

“Do you like the one who wears tight and short clothes” “NO!”

“What about the one who uncovers her shoulders and thighs?” “No way!”

“What about the one who sways from side-to-side while walking, strikes the floor with her high heels and speaks softly to men??” “NO!”

“You didn't like any of the ones I mentioned to you? I can't think of anything else?” “Really? Try to remember!”

....(silence)... then Myself smiled slyly, “YOU WICKED!! You like a woman when she is wearing a bikini?!!”
“Yuck! No!!”

....(silence)... then Myself smiled again, “You evil man!” “What?”
“You like the woman who shuts the door and says come?” “NO!”

“I've run out of suggestions; you tell me what makes a woman more attractive to you?”

“OK! When the woman blushes and goes all red”

“Goes all red? I don't understand?”

“She becomes more beautiful when she lowers her gaze”

“Lowers her gaze?!! What's wrong with you? Speak clearly!”

“The woman becomes more attractive, when she becomes more modest and shy. Modesty is the thing that attracts me and many other men. The more a woman is modest the more attractive she becomes....Do you understand??”

I want to tell the world a story....

I want to tell the world

********************************

I want to tell the world
A story

About a home with a broken lantern

And a burnt doll

About a picnic that wasn't enjoyed

About an axe that killed a tulip

A story about a fire that consumed a plait

a story about a tear that couldn't run down

I want to tell a story

About a goat that wasn't milked

About a mother's dough that wasn't baked

About a wedding that wasn't celebrated

And a baby girl that didn't grow up

About a football that wasn't kicked

About a dove that didn't fly

I want to tell a story

About a key that wasn't used
About a classroom that wasn't attended

About a playground that was silenced

About a book that wasn't read

About a besieged lonely farm

And about its fruits that weren't picked

About a lie that wasn't discovered

A story about a church that's no longer prayed in

And a mosque that no longer stands

And a culture no longer rejoiced

I want to tell a story

About a muddy grassy roof

About a stone that faced a tank

And about a stubborn flag that refuses to lie down

About a spirit that cannot be defeated


I want to tell the world A story



Now Light a little candle for Palestine

You can do it

Light a candle One little candle
Watch the darkness fade away
Just try it out

One ray of light
Wipes away the gloomiest
Jet-black nights
As the dawn breaks

Just observe

Can you see that
All the might of darkness
In the world
Cannot extinguish
The faintest flicker
Of a beam of light

Light a candle
One little candle
Watch the darkness fade away

You can do it



Hey... WORLD

Did you hear me?

Some tips from Dr Fatima El-Zahra

Assalammualaikum...

How to use the Surah Al Fatihah

1. To make someone (husband, your wife, your children, etc) think of you all the time:- Read the Al-Fatihah 14 times before going to sleep.

2. For terminal diseases:-
Read the Al-Fatihah 41 times and blow it in the water. Drink and take a bath with that water.

3. For the mentally ill:-
Read the Al-Fatihah 7 times while rubbing the person's head once in the morning and once at night, everyday without fail.

4. When in extreme pain:-
Read the Al-Fatihah 3 times and blow it in a glass of water and drink it. Then, read the Al-Fatihah while rubbing the area that is in pain.

5. For babies who cry at night or at any time:-
Read the Al-Fatihah 7 times while rubbing the baby's head.

6. For injury : ex: Cut, Bee sting, Bleeding, Finger got slammed by the door-
Read the Al-Fatihah 3 or 7 times, using your thumb, take your saliva from the "langit-langit" of your mouth and rub it onto the injured area.

All of the above Insya-ALLAH will work with several conditions:
1. Believe that the Al-Fatihah is the best "penawar" for everything
2. Read it with full "khusyuk"
3. Tawakal to Allah
4. Use it with good "niat" /intentions.

Wallahu'alam